Taman Nasional Baluran – Daya Tarik Banyuwangi, Africa Van Java
Taman Nasional Baluran yakni satu dari beberapa taman nasional yang di Pulau Jawa, tepatnya berada di Provinsi Jawa Timur. Kawasan yang awalnya diketahui selaku lokasi berburu ini mempunyai keadaan alam yang sungguh fantastis dengan aneka macam keragaman flora dan fauna.
Kondisi alam di kawasan ini pun menjadi salah satu alasan utama yang membentuk berbagai destinasi wisata. Mulai dari hutan, areal mangrove, pantai, maritim, hingga wisata sejarah.
Sejarah Taman Nasional Baluran
Sebelum resmi menjadi Taman Nasional Baluran, tempat ini merupakan lokasi yang umum ditempati untuk berburu. Sejarah ini dimulai dikala A. H. Loedebour yang tidak lain yaitu seorang pemburu berkebangsaan Belanda pada tahun 1928 memperlihatkan pengajuan berupa permintaan supaya tempat Baluran serta kekayaan alamnya dilestarikan.
Tidak usang lalu pada tahun 1930 K.W. Dammerman yang menjabat selaku direktur Kebun Raya Bogor juga memberi proposal semoga daerah Baluran dijadikan sebagai daerah Hutan Lindung.
![taman nasional baluran](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2019/08/taman-nasional-baluran.jpg)
Selanjutnya pada tahun 1937 daerah Baluran lalu ditetapkan selaku Suaka Margasatwa Baluran oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda lewat Surat Keputusan Pemerintah Belanda Nomor 9 tahun 1937. Status tempat ini diperkuat setelah Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan keputusan pada tahun 1962.
Bertepatan dengan perayaan Hari Strategi Konservasi Dunia pada tanggal 6 Maret 1980, melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian bahwa status Suaka Margsatwa Baluran menjelma Taman Nasional Baluran.
Penetapan
secara resmi tempat Taman Nasional Baluran lalu ditetapkan lewat Surat
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 pada
tanggal 14 Oktober 1982.
Kawasan
Taman Nasional Balurah kemudian dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 279/Kpts-VI/1997 pada tanggal 23 Mei 1997 ihwal penetapan
kawasan Taman Nasional Baluran seluas 25.000 hektar.
Kondisi Alam Taman Nasional Baluran
1. Letak dan Topografi
Secara geografis Taman Nasional Baluran berada di koordinat 7°29’10’’ – 7°55’55’’ Lintang Selatan dan 114°29’10’’ – 114° 39’ 10’’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif daerahnya berada di bab ujung timur dari Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Batas kawasan taman nasional di bab utara memiliki batas dengan Selat Madura, bagian selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati, bagian timur berbatasan dengan Selat Bali, dan bab barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran.
Kawasan yang diketahui mempunyai tipe ekosistem khas Benua Afrika ini meliputi kawasan seluas kurang lebih 25.000 hektar. Wilayah ini terbagi menjadi daratan seluas 85% dan daerah perairan seluas 15% dengan garis pantai yang termasuk panjang, ialah meraih 42 km yang menjadi penyusun tanjung dan teluk.
Jika dilihat dari atas, tempat TN Baluran membentuk teladan yang ibarat berdiri segi empat. Kondisi topografinya berisikan topografi datar, bergelombang, berbukit, sampai dengan bergunung-gunung.
Taman nasional ini berada pada ketinggian wilayah di antara 0 hingga 1.247 meter di atas permukaan maritim dengan lokasi tertinggi terdapat di puncak Gunung Baluran. Sementara itu, daerah bab selatan serta bab timur dari gunung mempunyai keadaan kemiringan lereng yang cukup curam, sehingga para pendaki pemula cukup kesusahan.
2. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson, Taman Nasional Baluran masuk ke dalam kawasan dengan tipe iklim F dengan nilai Q sebesar 119,6%. Iklim ini menyebabkan daerah Baluran mengalami trend kemarau atau bulan kering yang berjalan lebih lama dibanding demam isu hujan atau bulan basah.
Penyebab yang lain yaitu arus tenggara yang cenderung lebih besar lengan berkuasa sepanjang kisaran bulan April hingga bulan Oktober dan bulan November. Musim kemarau lazimnya berlangsung selama 4 sampai 9 bulan dalam satu tahun, sedangkan trend hujan hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan setiap tahun.
Dengan demam isu kemarau yang berlangsung lebih lama ini, maka karakteristik lahan di kawasan ini yakni ekosistem padang rumput. Hal ini juga disebabkan oleh jenis tanah yang biasanya bersifat pejal, sehingga areal di sekitar padang rumput tidak memiliki terlampau banyak sumber air atau tandus.
Curah hujan di kawasan Baluran berada pada kisaran 900 sampai 1.600 mm per tahun dengan suhu rata-rata antara 27 sampai 30 derajat celcius. Namun keadaan di kawasan lereng selatan condong lebih lembap dibanding kawasan di taman nasional lainnya yang biasanya kering.
3. Geologi dan Tanah
Pada periode lalu, Gunung Baluran pernah meletus yang mengakibatkan kawasan taman nasional berbatu-kerikil. Saat ini, gunung tersebut mempunyai dinding kawah yang berada pada ketinggian 900 hingga 1.247 meter di atas permukaan laut dan statusnya tidak aktif. Kawah ini ialah kaldera berskala luas dengan kedalaman mencapai 600 meter.
Kondisi geomorfologi terbaik berada pada area puncak dan kaldera yang ada di Gunung Baluran. Gunung ini memiliki korelasi dengan daerah Gunung Kawah Ijen yang terletak di bab selatan sejauh 35 km dari Gunung Baluran.
4. Ekosistem
Beberapa ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Baluran yaitu ekosistem hutan pantai, ekosistem mangrove, ekosistem savana, ekosistem hutan musim, ekosistem kering pegunungan, dan ekosistem riparin.
Tipe hutan-hutan tersebut intinya berlainan dengan tipe hutan yang kebanyakan di Pulau Jawa, utamanya di Provinsi Jawa Barat. hal ini disebabkan oleh angin moonson yang tiba dengan menenteng uap air yang sedikit, sehingga curah hujan yang terjadi tidak terlampau besar.
Flora dan Fauna Taman Nasional Baluran
Ragam jenis tanaman dan satwa mendiami ekosistem di Taman Nasional Baluran. Tidak heran, pada zaman dahulu lokasi Baluran ialah arena perburuan.
1. Flora
Di tempat Taman Nasional Baluran terdapat kurang lebih 444 jenis tanaman yang tersebar di aneka macam tipe ekosistem. Sehingga, macam-macam tumbuhannya mampu dibagi berdasarkan tipe ekosistem yang ditempatinya hidup.
Flora yang berkembang di ekosistem hutan pantai didominasi oleh spesies buta-buta (Exocaria agallocha), Glochidion rubrum, Ardisia humilis, Cordia oblique, Pandanus tectorius, dan Pemphis acidula.
Pada ekosistem hutan mangrove, jenis tumbuhan yang tumbuh antara lain bakau (Rizhopora apiculata), api-api (Avicennia sp.), putut (Brugeiera gymnorrhiza), poh-pohan (Buchanannia pubescens), kelor wono atau dadap biru (Erythrina eudophylla), manting (Syzygium polyanthum), dan buta-buta (Excoecaria agallocha).
Ekosistem sabana di kawasan Baluran memiliki luas sekitar 10.000 hektar atau 40% dari luas taman nasional. Savana menjadi satu-satunya padang sabana alami yang ada di daratan Pulau Jawa dan berada pada ketinggian 50 meter di atas perukaan maritim di kawasan perbukitan dan sekitar pantai.
![pemandangan sabana tanjung ringgit](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2018/10/sabana-dan-pantai.jpg)
Beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh pada ekosistem sabana antara lain palem (Borassus sp.), rumput jarum (Heteropogon contorcus), kemiri (Aleurites moluccana), pilang (Acacia leucophloea), sorgum (Sorghum nitidus), dan (Acacia nilotica), saliara (Lantana camara), dan flora sejenis jukut (Vernonica cinetea).
Jenis flora yang berkembang pada ekosistem hutan demam isu yakni asam Jawa (Tamarindus indica), kapas hutan (Thespesia lampas), kepuh (Sterculia foetida), flora berbunga (Helictieca ixora), dan walikukun (Schoutenia ovata).
Sementara itu, flora yang tumbuh di ekosistem kering pegunungan antara lain walikukun, pancal kijang (Cassea fistula), dan gliseng (Homalium factidum). Adapulah ekosistem hutan riparin yang ditumbuhi tanaman memanjat ialah gadung (Dioscorea hispida).
Selain tanaman yang telah disebutkan, jenis lain yang juga tumbuh di kawasan TN Baluran antara lain mimbo (Azadirachta indica), lontar (Borassus sp.), gebang (Corypha utan), dadap biru (Eerythrina eudophylla), kesambi (Schleicera oleosa), widoro bekol (Zyzyphus rotundifolia), serta kepuh (Sterculia foetida).
2. Fauna
Tercatat di Taman Nasional Baluran ada 27 spesies dari kalangan mamalia yang menjadi penghuninya. Adapun 14 spesies dari semua jenis mamalia tersebut merupakan kelompok yang dilindungi dan termasuk spesies langka.
Sedangkan golongan aves atau burung yang hidup di daerah ini dimengerti berjumlah sekitar 155 spesies. Beberapa diantaranya merupakan spesies langka.
![](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2019/06/Banteng.jpg)
Beberapa diantara mamalia langka tersebut adalah banteng (Bos javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), kerbau liar (Bubalus bubalis), kancil (Tragulus javanicus), ajag (Cuon alpinus-javanicus), rusa (Cervus timorensis), harimau tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Untuk jenis spesies burung langka di daerah ini ialah layang-layang api (Hirundo rustica), burung merak (Pavo muticus), tuwuk atau tuwur Asia (Eudynamys scolopacea), rangkong (Buceros rhinoceros), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracocerus convecus), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Kegiatan dan Destinasi Wisata
Ada banyak sekali obyek wisata yang mampu dikunjungi saat berada di Taman Nasional Baluran, utamanya menunjungi hutan sabananya.
1. Padang Sabana Bekol
Padang Savana Bekol merupakan salah satu lokasi yang paling diminati oleh pengunjung Taman Nasional Baluran. Pesona yang disediakan dari hamparan padang sabana ini mengikuti ekspresi dominan yang sedang berjalan. Ketika trend hujan, panoramanya berlawanan dengan demam isu kemarau.
![banteng liar banyak ditemui di sabana cidaon](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2018/10/padang-rumput-cidaon.jpg)
Ketika isu terkini kemarau berjalan, rerumputan di sabana berubah menjadi berwana kuning keemasan hingga kecokelatan. Kondisi ini juga terjadi pada hampir seluruh tipe hutan di taman nasional sehingga menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan yang harus dicegah. Sedangkan pada musim penghujan, warna rerumputan bermetamorfosis hamparan hijau.
Padang Savana Bekol disebut sebagai Gurun Afrika yang ada di Pulau Jawa atau dijuluki sebagai Afrikan Van Java dari Baluran. Tentunya hamparan Savana Bekol memang mirip yang ada di Benua Afrika.
Selain menikmati panorama dari padang sabana, objek wisata ini juga dapat menjadi lokasi untuk memperhatikan berbagai jenis satwa liar. Pada waktu-waktu tertentu kawanan banteng dan rusa akan terlihat berkeliaran. Sementara itu, bunyi ayam hutan dan burung merak juga akan terdengar bersahut-sahutan dari kejauhan
Apabila mujur, hadirin bisa menyaksikan keindahan ekor burung merak yang cukup jarang menampakkan diri. Satwa lain yang juga sering berkeliaran di sini adalah simpanse ekor panjang, satwa satu ini senantiasa terlihat di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan dan suka mengganggu pengunjung untuk meminta makanan.
Ketika berada di sini,pengunjung dapat melakukan aktivitas fotografi sepuasnya. Kegiatan yang dilakukan juga mulai dari berfoto dengan latar belakang padang savana, memberi makan monyet ekor panjang, mengamati satwa dari atas menara pandang, serta menginap di daerah penginapan yang telah ditawarkan oleh pihak pengelola.
2. Pantai Bama
Tidak jauh dari Padang Savana Bekol terdapat objek rekreasi Pantai Bama. Pantai ini berada di area yang landai dengan hamparan pasir putih yang tampak berkilauan selaku akibat dari kandungan material pasir kuarsa.
Selain hamparan pasir putih, Pantai Bama juga mempunyai kekayaan terumbu karang yang indah dan masih sangat alami yang menjadi tempat tinggal untuk aneka macam jenis ikan hias. Pengunjung juga dapat melaksanakan kegiatan snorkeling di areal pantai ini.
Para pelancong dapat menyewa perahu untuk berkeliling di daerah perairan sekitar Pantai Bama. Pada selesai pekan, tempat ini lazimnya lebih sepi dibanding hari kerja.
Hutan yang memiliki vegetasi cukup lebat di sekitar Pantai Bama juga menjadi kawasan tinggal bagi simpanse ekor panjang. Pada waktu tertentu, hadirin mampu melihat bagaimana kehidupan alami monyet ekor panjang memancing ranjungan atau kepiting di pinggir pantai dengan memakai ekornya selaku pancingan.
Tidak hanya kera ekor panjang yang mampu ditemui di sekeliling Pantai Bama. Spesies lain yang juga mungkin menampakkan diri yaitu kalong besar yang lazimnya berkeliaran secara bergerombol dalam jumlah yang sangat besar. Spesies ini biasanya cuma akan timbul pada demam isu hujan.
3. Dermaga Mangrove Bama
Tidak jauh dari areal Pantai Bama terdapat lokasi rekreasi yang menawan untuk dikunjungi. Destinasi rekreasi tersebut ialah Dermaga Mangrove Bama yang jaraknya cuma sekitar 100 meter menuju arah selatan dari Pantai Bama. Dermaga kecil ini dikelilingi oleh hutan mangrove yang terkesan sangat romantis.
![bakau indonesia](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2019/03/bakau-indonesia.jpg)
Akses menuju Dermaga Mangrove Bama yakni lewat jalur setapak dengan menyusuri gugusan pohon kayu hutan yang sangat kokoh, serta melalui rimbunnya pohon-pohon di hutan mangrove.
Dermaga Mangrove Bama tidak cuma memperlihatkan daya tarik alam, namun juga menjadi habitat banyak jenis satwa. Beberapa jenis hewan yang mungkin ditemui yaitu monyet, burung bangau, dan biawak. Lebih menakjubkan lagi, kawasan mangrove ini ialah yang terbesar di Asia.
4. Gua Jepang
Taman Nasional Baluran tidak cuma menawarkan objek untuk rekreasi alam. Di sini hadirin juga mampu melaksanakan rekreasi sejarah dengan mengunjungi Gua Jepang. Lokasi dari gua ini tepat berada di pintu masuk daerah taman nasional.
Gua seluas kurang lebih 12 meter persegi ini merupakan bekas peninggalan dari penjajahan Jepang. Pada masa itu, gua ini berfungsi selaku daerah untuk bertahan dan juga sebagai lokasi penyimpanan amunisi untuk perang.
5. Pantai Kajang
Selain Pantai Bama, satu lagi pantai yang juga menjadi objek rekreasi mempesona di Taman Nasional Baluran, yakni Pantai Kajang. Bagi pengunjung yang memiliki kegemaran memancing, nama pantai ini kemungkinan sudah tidak gila lagi. Areal ini merupakan lokasi yang paling disenangi oleh para penghobi memancing.
Akses menuju Pantai Kajang mesti dimulai dengan perizinan dari Resort Bama. Setelah itu ,barulah perjalanan mampu dikerjakan baik dengan memakai sepeda motor ataupun berjalan kaki. Sebaiknya hadirin didampingi oleh guide agar perjalanan menjadi lebih terarah.
Perjalanan menuju Pantai Kajang juga sangat berkesan, alasannya lewat hutan belantara yang tidak lain ialah Hutan Baluran. Ketika hingga di Pantai Kajang mata akan dimanjakan dengan keindahan dari hamparan pasir yang begitu luas berpadu dengan air maritim yang terlihat jernih.
6. Pendakian Gunung Baluran
Taman Nasional Baluran juga memiliki obyek menarik untuk para pecinta alam. Destinasi tersebut adalah puncak Gunung Baluran yang berada pada ketinggian 1.247 meter di atas permukaan bahari. Panorama yang dijanjikan di atas ketinggian tersebut sangatlah eksotis, apalagi didukung dengan keberadaan kaldera yang begitu indah.
7. Pengamatan Satwa
Sebagai bekas daerah berburu, Taman Nasional Baluran mempunyai berbagai jenis satwa yang menawan untuk diamati. Salah satunya adalah burung dengan ekor terindah, yakni burung merak. Waktu terbaik untuk melakukan observasi buruk atau birdwatching merak adalah pada kisaran bulan Oktober hingga November.
![pengamatan burung](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2019/08/pengamatan-burung.jpg)
Rentang bulan tersebut menjadi waktu yang tepat karena menjadi trend kawin bagi burung merak. Pada waktu itu pula hadirin mampu melihat bagaimana tarian burung merak yang cuma terjadi pada masa kawinnya.
Selain
burung merak, satwa liar lain yang juga layak untuk diamati yaitu simpanse ekor
panjang, kerbau liar, rusa, dan juga banteng. Satwa-satwa ini mampu diamati jika
pengunjung melaksanakan trekking atau sekadar berjalan-jalan menyusuri
daerah taman nasional ini.
Biasanya petualangan untuk mengamati satwa dimulai di Resort Batangan yang tidak lain yaitu gerbang pertama dari taman nasional. Sejak melewati resort tersebut mata akan disuguhi panorama berbentukkeindahan alam yang sungguh menakjubkan khususnya di kawasan Hutan Evergreen, Savana Bekol, dan juga Pantai Bama.
Sepanjang perjalanan, pengunjung akan menjumpai berbagai satwa liar mirip yang sudah disebutkan sebelumnya. Selain itu, satwa lain yang juga mungkin dijumpai ialah berbagai spesies burung, bajing, ayam hutan, dan kijang. Perjalanan dilakukan dengan mengendarai motor kuno.
Pemandangan unik lainnya sepanjang trekking tempat adalah pertarungan rusa. Hal ini umumnya terjadi pada kisaran bulan Juli hingga bulan Agustus, karena pada kedua bulan tersebut ialah era kawin bagi rusa. Pertarungan terjadi selaku upaya untuk memperebutkan rusa betina.
8. Berinteraksi dengan Masyarakat Setempat
Taman Nasional Baluran berada di antara pemukiman penduduk yang terletak di wilayah perbatasan antara beberapa kabupaten. Umumnya masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar taman nasional ialah Suku Madura dan Suku Jawa.
![suku osing](https://rimbakita.com/wp-content/uploads/2019/08/suku-osing.jpg)
Dengan begitu bahasa yang mereka gunakan juga adalah bahasa Jawa dan bahasa Madura. Tetapi di tempat Banyuwangi ada satu bahasa khas yang biasanya dikenal selaku bahasa Osing.
Masyarakat di sini hidup dengan mengambil sumber daya alam dari maritim berbentukikan. Kehidupannya juga masih bergantung pada hutan untuk mengambil kayu bakar. Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan penduduk ini untuk mengenal lebih jauh perihal pola hidup mereka.
FAQ
Apa itu Taman Nasional Baluran?
Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang terletak di kawasan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur.
Satwa apa yang dilindungi di Taman Nasional Baluran?
Beberapa satwa khas yang dilindungi yakni banteng dan kerbau liar.
Belum ada Komentar untuk "Taman Nasional Baluran – Daya Tarik Banyuwangi, Africa Van Java"
Posting Komentar